Asesmen Diagnostik, Orang Tua Harus Paham
"Pembelajaran yang sesungguhnya adalah agar anak-anak bisa tumbuh & berkembang menjadi versi terbaik mereka"
Sebagian besar sekolah di Jakarta akan mengikuti asesmen nasional. Kata asesmen menjadi familiar sejak banyak sekolah menggunakan Kurikulum Merdeka.
Ya, kurikulum Merdeka yang mengedepankan cara belajar pendekatan siswa, secara khusus bertujuan agar anak anak lebih memahami apa yang sesungguhnya dipelajari dan untuk apa ia mempelajari itu.
Untuk mengukur itu, apakah sekolah sudah mencapai tujuannya, apakah kualitas pembelajarannya sudah sesuai, dapat diketahui dengan melakukan asesmen.
Dengan kata lain, asesmen menjadi salah satu alat untuk mengumpulkan data, mengetahui keunggulan dan kekurangan, hingga kualitas sekolah tersebut.
Asesmen merupakan bagian dari kurikulum merdeka yang menjadi rangkaian episode Program Merdeka Belajar. Ada Asesmen Nasional ada pula Asesmen Diagnostik, apa perbedaannya? akan kita bahas dibawah.
Baca juga : Merdeka Mengajar
Apa itu Asesmen?
Sederhananya asesmen adalah proses penilaian, sedangkan menurut KBBI asesmen adalah kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data atau informasi tentang sesuatu objek dan lingkungannya. Bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi individu dan lingkungannya sebagai bahan untuk memahami individu dan pengembangan program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan.Asesmen Nasional
Adalah program Kemdikbud untuk menilai mutu setiap sekolah. Unsur yang dinilai adalah kualitas pendidikan, kualitas proses belajar mengajar serta iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran.
Jadi tak hanya peserta didik yang dinilai kemampuan literasi, dan numerasi melalui Asesmen Kompetisi Minimum (AKM), namun keseluruhan perangkat sekolah termasuk pengajar dan lingkungannya melalui survei karakter dan survei lingkungan belajar.
Dengan dilakukan asesmen, sekolah bisa memantau perkembangan mutu dari waktu ke waktu, sehingga dapat memperbaiki kekurangan, meningkatkan mutu pendidikan serta mencapai tujuannya memberikan pendidikan karakter dan mengembangankan potensi tiap murid.
Asesmen Diagnostik
Jika asesmen nasional dilakukan untuk menilai mutu sekolah maka asesmen diagnostik digunakan untuk mendiagnosis kemampuan dasar serta kondisi awal siswa. Karena karakter, minat dan bakat siswa yang beragam membutuhkan cara dan stimuls yang berbeda-beda pula.
Asesmen Diagnostik Non Kognitif
Bertujuan mengumpulkan data dan menggali informasi tentang aspek psikologis, sosial dan emosi. Dalam asesmen ini guru diharapkan dapat;
- Mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa
- Mengetahui aktivitas selama belajar di rumah
- Mengetahui kondisi keluarga siswa
- Mengetahui latar belakang pergaulan siswa
- Mengetahui gaya belajar, karakter serta minat siswa
Asesmen Diagnostik Kognitif
Jika asesmen diagnostik non kognitif menggali informasi terkait sosial dan psikologis, maka asesmen diagnostik kognitif menggali info kompetensi dasar siswa dalam topik mata pelajaran. Dari sini guru diharapkan dapat:
- Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa
- Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa
- Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya dibawah rata-rata
Mengapa dibutuhkan Asesmen Diagnostik
Sang pencipta menciptakan manusia berbeda-beda, tiap anak memiliki keunikan masing-masing dari bentuk fisik, kemampuan, bakat hingga karakter dan tugas kita sebagai orang tua mengenali dan memahami keunikannya.
Karena kemampuan tiap anak beragam maka cara belajarnya pun berbeda, stimulus yang dibutuhkan juga berbeda. Dengan stimulus dan cara belajar yang mengena pada anak, maka tujuan pembelajaran akan sampai.Hasil dari asesmen dapat membantu guru dalam menyusun materi pembelajaran yang sedang diajarkan, agar lebih tepat sasaran, menarik dan menciptakan kelas yang interaktif.
Siapa yang melakukan Asesmen dan bagaimana?
Yang terjadi di sekolah, umumnya guru sibuk menyampaikan materi (satu arah), salin menyalin dan mencatat yang sebenarnya sudah ada di buku. Padahal anak sangat beragam, kemampuan membaca dan menulis tidak sama dalam satu kelas.
Jika diberikan tugas menyalin, siswa yang belum bisa atau kurang kemampuan baca tulisnya akan tertinggal dan tidak menutup kemungkinan merasa tertekan sehingga tidak ingin belajar lagi.
Ini pengalaman saya pribadi, anak sulung saya kelas 3 sangat tidak suka jika gurunya memberikan tugas menyalin, karena Ia merasa menulis melelahkan tangannya dan membosankan. Khal sering berucap, pelajaran disekolah tidak menyenangkan.
Untuk itu guru bisa melakukan asesmen diagnostik dengan harapan dapat mengetahui kondisi siswa. Sehingga bisa menciptakan pembelajaran yang tepat sasaran.
Peran orang tua juga dibutuhkan, memberi kepercayaan pada guru atau mungkin bisa melakukan tanya jawab dengan anak, asesmen dilakukan dirumah versi orangtua menggunakan pertanyaan yang terkait. Kemudian orang tua menyampaikan keadaan anak pada ibu bapak guru.
Comments
Semoga segala capaian pelajaran bisa terpenuhi sedikit demi sedikit
melalui asesmen diagnostik ini. 💕
Smoga smua bisa membawa kebaikan yg merata ya