Kekurangan Zat Besi, Dapat Menghambat Tumbuh Kembang Anak
Nutrisi dan stimulus adalah dua faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak yang optimal.
Keduanya saling melengkapi dan harus dipenuhi bersamaan. Jika hanya diberi stimulus (merangsang kemampuan dasar anak) tanpa nutrisi yang tepat, maka terhambat pertumbuhannya dalam hal ukuran secara fisik, tinggi dan berat badan serta peningkatan fungsi organ tubuh.
Begitu pula sebaliknya jika nutrisi saja dipenuhi tanpa ada stimulus yang tepat maka perkembangan anak seperti kemampuan berjalan, berlari, duduk, berbicara tidak berjalan sesuai usianya.
Sayangnya di Indonesia masih tinggi angka kejadian gangguan tumbuh kembang. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor seperti, tingkat ekonomi, sosial dan pendidikan.
Saya jadi teringat kejadian beberapa waktu lalu, anak tetangga dengan lahapnya menikmati semangkuk kudapan yang terbuat dari tepung tapioka, kita biasa menyebutnya aci. Berpadu dengan kuah gurih kaya bumbu penyedap dan penguat rasa ditambah saos pedas yang menggugah selera.
Rasa iba terbersit dihati bercampur geram pada orangtuanya. Bagaimana bisa anak usia sekolah sepantar anak saya 6 tahun, pukul sebelas siang jajan untuk
mengisi perut kosongnya alih alih menikmati masakan rumah yang bersih dan
sehat. Jika ditawarkan bantuan ujung-ujungny gengsi.
Kurang lebih seperti itu gambaran kebiasaan makan anak diperkotaan padat penduduk seperti Jakarta. Jauh dari sayur, buah dan zat gizi lainnya.
Masalah gizi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia kalah saing di kancah internasional bahkan dengan negara negara tetangga, Singapura.
Mengatasi masalah ini dalam skala besar tidak mudah dan butuh waktu serta peran berbagai pihak terutama orangtua. Agar Indonesia dapat mewujudkan mimpinya memiliki generasi maju yang berkualitas pada 100 tahun kemerdekaan di tahun 2045 nanti.
Pengalaman memilih nutrisi
Terkait masalah gizi saya pernah punya pengalaman dengan pemilihan susu. Saat itu anak saya berusia berusia 13 bulan, dari awal kehamilan saya sudah berencana akan memberikan susu cair jika anak saya berusia 1 tahun keatas.
Saya berasumsi susu segar memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi karena minim tahapan proses. Selain itu saya melihat anak yang tinggal di negara barat lebih sering mengkonsumsi susu segar. Dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, sehingga optimal tumbuh kembangnya.
Ternyata pemikiran saya akan hal diatas keliru. belakangan saya baca, pemberian susu sapi murni pada anak usia 1 tahun kebawah baiknya dihindari, mengingat pencernaan mereka belum benar-benar siap selain itu susu sapi murni dapat mengurangi jumlah zat besi yang diserap dalam usus.
Zat yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh, jadi harus dibantu dari sumber vitamin dan mineral lain seperti dari susu pertumbuhan.
Mengapa zat besi penting?
Zat besi adalah satu dari banyak mineral yang penting bagi tubuh. Zat besi memiliki peran membentuk hemoglobin dalam sel darah merah. Hemoglobin bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Manusia membutuhkan energi untuk hidup. Jaringan dan organ tubuh dapat bekerja maksimal karena ada energi yang menggerakkannya.
Makanan yang kita makan dan oksigen yang kita hirup bergabung menghasilkan energi, air dan karbon.
Selain energi oksigen juga dibutuhkan untuk sistem peredaran darah, hampir 90 persen oksigen dibutuhkan dalam tubuh, termasuk otak.
Dengan kata lain zat besi sangat dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan sel darah merah (eritrosit) yang membawa oksigen.
Apa yang terjadi jika abai dengan zat besi.
Ketika tubuh kekurangan oksigen karena kadar hemoglobin
rendah maka yang terjadi adalah organ dan jaringan tidak dapat bekerja dengan baik dan tubuh akan terganggu. Gejala yang dirasakan bisa seperti kelelahan, mudah tersinggung, sesak napas, dan jantung berdebar.
Kondisi rendahnya kadar Hemoglobin (Hb) dibandingkan kadar normalnya, yang menunjukan kurangnya jumlah sel darah merah yang bersirkulasi disebut anemia .
Kadar normal Hb bervariasi tergantung pada usia dan jenis kelamin. Namun, kadar hemoglobin normal umumnya:
Bayi baru lahir: 14-24 gram/dL
Balita: 9,5-13 gram/dL
Pria: 14-18 gram/dL
Wanita: 12-16 gram/dL
Kebutuhan akan zat besi sering diabaikan, karena tidak tau betapa pentingnya zat besi bagi tubuh, termasuk saya. Padahal zat besi erat kaitannya dengan sel darah merah dan anemia.
Seseorang yang kekurangan zat besi beresiko mengalami anemia defisiensi besi. (ADB) dan ini dapat menghambat proses tumbuh kembang, seperti:
- Gangguan pada sistem motorik dan sensorik anak.
- Rendahnya daya tahan tubuh sehingga anak mudah terserang penyakit
- Pertumbuhan fisik terhambat. Anak yang kurang asupan zat besi cenderung terhambat tumbuh badannya, terkait ukuran tinggi dan besar ukuran tubuh. jadi anak cenderung pendek pada usia yang seharusnya.
- Berpengaruh pada prestasi akademik anak.
Ciri dan gejala anemia kekurangan zat besi
Anak-anak yang mengalami anemia akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala berikut:
- Sering terlihat lemas atau lelah.
- Mudah mengantuk
- Tidak bersemangat atau tidak berinteraksi dengan orang di sekitarnya.
- Kulit terlihat pucat atau kekuningan.
- Mata menguning.
- Sering mengeluh sakit kepala, pusing, atau nyeri di tulang atau bagian tubuh tertentu.
- Jantung berdebar.
- Sesak napas.
- Sering terkena penyakit infeksi.
- Luka yang sulit sembuh.
Nah apa yang harus orangtua lakukan, pastikan nutrisi si kecil terpenuhi dengan benar. Gizi seimbang (karbohidrat, protein, serat dari sayur dan buah , serta air dan susu pertumbuhan (yang terfortifikasi zat besi).
Dampak Jangka Panjang Kekurangan Zat Besi
Jika tidak segera tertangani kekurangan zat besi akan memberikan dampak dimasa yang akan datang pada tumbuh kembang anak.
Efek berantai mulai dari tingkat daya tahan tubuh rendah yang mengakibatkan anak rentan terkena penyakit infeksi dan penyakit kronis.
Jika anak sering sakit maka terjadilah gangguan pertumbuhan yang menyebabkan perkembangan tidak optimal. Selain itu akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak.
Dari hal diatas menyebabkan anak memiliki daya saing yang rendah sehingga berdampak pada produkvitas.
Di masa yang akan datang SDM tidak produktif akan kalah bersaing dengan SDM yang berkualitas.
Begitu seterusnya berputar, anak tersebut memiliki keturunan, tidak terpenuhi nutrisinya, gagal tumbuh kembang dan SDM tidak berkualitas.
Ibu Bantu Penuhi Nutrisi Anak
Apa yang harus ibu lakukan?
Pastikan nutrisi si kecil terpenuhi dengan benar.
Memberikan asupan makanan dengan gizi seimbang (karbohidrat, protein, serat dari sayur dan buah) serta air dan susu pertumbuhan.
Masa tumbuh kembang anak dimulai dari 1000 hari pertama kehidupannya, itu artinya sudah di mulai sejak dalam kandungan ibu.
Calon ibu harus peduli dan sadar untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan selama kehamilan demi calon anak yang sehat.
Ibu hamil juga rentan terkena anemia, sebab kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat seiring meningkatnya jumlah darah dalam tubuh ibu sebanyak 50%.
Maka dari itu pastikan nutrisi kaya zat besi dikonsumsi sebelum kehamilan dan selama masa kehamilan.
Setelah anak lahir kewajiban ibu masih terus berlanjut mulai dari mempersiapkan ASI yang berkualitas hingga masuk masa makanan pendamping ASI (MPASI), hingga pemenuhan nutrisi usia sekolah dan pra sekolah.
Begitu pula saya sebagai ibu. Walaupun tidak lulus meng-ASI-hi selama 2 tahun, kekurangan itu saya kejar pada masa MPASI , usia 6 bulan. dengan memberikan makanan bernutrisi dan dibantu susu pertumbuhan anak yang terfortifikasi.
Sejak dini Ibu bisa mulai memperkenalkan beragam jenis makanan. Tujuannya agar anak tidak menjadi pemilih makanan atau picky eater.
Perlu diperhatikan faktor yang mendukung kebiasaan makan yang baik pada anak.
- Waktu makan yang tepat. Seperti jadwal makan orang dewasa 3 makan besar dan 2 selingan. Sarapan, makan sela (snack), makan siang, snack dan makan malam.
- Jumlah, perhatikan takarannya agar tidak menggangu porsi di jadwal berikutnya. Hindari minum susu dan camilan dekat waktu makan besar.
- Jenis, masuk usia 1 plus, batita sudah bisa bertahap dikenalkan pelbagai variasi makanan. macam-macam sayur, buah, ikan.
- Tempat , buat senyaman mungkin, jangan biasan makan sambil digendong, jalan-jalan, bermain, biasakan duduk fokus pada makanan saja.
- Lingkungan, anak meniru dari orang orang sekelilingnya, maka orangtua contohkan kebiasaan makan yang baik.
Untuk mengedukasi masyarakat Pemerintah melalui Kementrian Kesehayan RI meluncurkan kampanye isi piringku.
Yang merupakan panduan pemenuhan nutrisi harian. Terdiri dari 50% persen sayur dan buah, 25% karbohidrat atau makanan pokok, biji-bijian utuh seperti beras, gandung atau pasta dan 25% sisanya protein.
Diagram isi piringku (sumber : kemenkes) |
Bagi ibu hamil, anak-anak dan remaja dianjurkan mengkonsumsi makanan mengandung yang zat besi tinggi untuk mencegah anemia. Solusi pemenuhan zat besi untuk anak
anak bisa juga dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang terfortifikasi zat besi dan vitamin C.
Pastikan anak anak dan Ibu selalu sehat serta bebas anemia dengan memenuhi kebutuhan zat besi setiap hari.
Selain dari sumber makanan diatas, zat besi ju didapat dalam susu pertumbuhan yang telah difortifikasi dengan zat besi.
ini bisa menjadi solusi bagi anak yang pilih-pilih makanan namun menyukai susu.
Salam J
Comments
pernah lihat ada balita yang disuapi nasi merah dengan lauk chiki
aduh mana gizinya? masa cuma nasi merah?
Mulai me-list kebutuhan gizi si kecil deh. Trimkasih infonya Kak
apalagi untuk anak anak, klo anak kekurangan zat besi mereka bisa lemas dan nggak optimal perkembangannya
dgn pedoman isi piringku ini, ibu bosa mnyajikan makanan gizi seimbang bagi anak ya